Rabu, 17 Februari 2010

Detik-Detik Menjelang Kematian Rasululllah

Pagi itu,meski langit telah mulai menguning,burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.

Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku."

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap ahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.

"Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu.Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.

Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata jibril.

Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"

"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya," kata
Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."

Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bisshalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah
shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu."

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, mampukah kita mencinta sepertinya? Allahumma sholli'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi

Ya Rasulullah, hamba merindumu..

Minggu, 14 Februari 2010

Semoga Hati Ini Seluas Telaga

Alkisah seorang pemuda mendatangi seorang kakek bijak. Ia datang dengan maksud ingin memperoleh nasihat perihal kegelisahan, ketidaknyamanan, dan segala kesedihan yang sedang ia alami. Berikut dialog antara keduanya.

Pemuda: "Kek, tolong nasihati saya. Sekarang ini kondisi hati saya sedang tidak baik. Saya merasa sangat kacau, bahkan saya merasa sangat terpuruk."
Kakek: "Kalau demikian mendekatlah engkau kemari. Ambilkan segelas air dan satu sendok garam , lalu masukkan garam itu ke dalam gelas, kemudian engkau cicipi rasanya. Bagaimana?"
Pemuda: " Sangat asin, Kek!"
Kakek: " Ya, sekarang kau ambil satu sendok garam lagi dan ikut Kakek ke telaga."

(sesampainya di telaga)
Kakek: " Nah sekarang kau tuang garam di sendokmu ke telaga!"
(Si pemuda menuangkan garam disendok ke telaga)
Kakek: " sekarang cicipi rasanya!, gimana?
Pemuda: " Ga terlalu asin Kek."
Kakek: " Sesungguhnya demikianlah hati kita, dapat menjadi sesempit gelas atau seluas telaga, tergantung kita menginginkannya seperti apa. Telaga hati meluaskan pandangan, membuat kita lebih lapang dan bahagia. Ia akan membuat kepahitan mejadi tidak terlalu berasa bahkan dapat beraroma manis. Tak seperti gelas hati yang selalu menyempitkan makna, membuat hidup seolah begitu merana."

=========
Semoga kisah di atas dapat mengingatkan kita untuk senantias meluaskan hati, berlapang saat diuji kelapangan ataupun kesempitan.

Rabu, 03 Februari 2010

Generasi Qurani

Abu Umamah r.a. berkata : “Rasulullah S.A.W telah menganjurkan supaya kami semua mempelajari Al-Qur’an, setelah itu Rasulullah S.A.W memberitahu tentang kelebihan Al-Qur’an.”
Telah bersabda Rasulullah S.A.W : “Belajarlah kamu akan Al-Qur’an, di akhirat nanti dia akan datang kepada ahli-ahlinya, yang mana di kala itu orang sangat memerlukannya.”
Ia akan datang dalam bentuk seindah-indahnya dan ia bertanya, “Kenalkah kamu kepadaku?” Maka orang yang pernah membaca akan menjawab : “Siapakah kamu?”
Betapa bahagianya kita sebagai orang tua, yang memiliki anak sholeh, cerdas dan lebih–lebih sebagai asset dunia dan akhirat yang hakiki, yang menjamin pertemuan kita dengan Allah kelak di surga-Nya amiin.
Maka berkata Al-Qur’an : “Akulah yang kamu cintai dan kamu sanjung, dan juga telah bangun malam untukku dan kamu juga pernah membacaku di waktu siang hari.”
Kemudian berkata orang yang pernah membaca Al-Qur’an itu : “Adakah kamu Al-Qur’an?” Lalu Al-Qur’an mengakui dan menuntun orang yang pernah membaca mengadap Allah S.W.T. Lalu orang itu diberi kerajaan di tangan kanan dan kekal di tangan kirinya, kemudian dia meletakkan mahkota di atas kepalanya.
Pada kedua ayah dan ibunya pula yang muslim diberi perhiasan yang tidak dapat ditukar dengan dunia walau berlipat ganda, sehingga keduanya bertanya : “Dari manakah kami memperolehi ini semua, pada hal amal kami tidak sampai ini?”
Lalu dijawab : “Kamu diberi ini semua kerana anak kamu telah mempelajari Al-Qur’an.”

===
Setelah membaca hadits di atas, saya bertanya2 pada diri sendiri. Seperti apa saya mendidik anak saya hingga saat ini? dengan apa saya mendidiknya? sudah benarkan cara saya mendidik anak?dan sudahkan saya menuntunnya mencintai Al-Qur'an padahal diri sendiri saja masih aneh.
astaghfirullah..

Di tengah zaman yang semakin edan, agama tak lagi dihiraukan, perkembangan teknologi yang kadang menyesatkan; internet, TV, game2 online yang gak jelas, pergaulan bebas, budaya barat yang kian kental merasuk dan menjadi warna yang diminati anak dan ABG, bahkan orang dewasa. Sangat wajar jika orang tua merasa khawatir dengan masa depan anak-anaknya.

Kita memang harus kerja ekstra, mendidik anak-anak dengan kesungguhan hati. Memandu, menyayangi, dan memberi teladan, bukan memerintah, menghakimi, atau melepas mereka mencari figur duniawi sesuka hati.
Agama Islam telah menyediakan berbagai panduan mengenai pendidikan anak. Tinggal sikap kita. Mau memilih cara Ilahi, cara yang dimungkinkan penuh dengan godaan, tidak mudah, dan membuat lelah atau cara-cara yahudi, cara gampangan yang akan mengorbitkan anak-anak menjadi pecundang yang akan menenggelamkan mereka dalam urusan duniawi. Di antara tips mendidik, salah satunya adalah mendidik anak agar mencintai Al-Quran. It' amazing. Sungguh tidaklah mudah. Namun, sesulit apapun kita tetap harus mencoba, tentu dengan terlebih dahulu memberi teladan.

Berikut beberapa tips yang berhasil dirangkum:
1. Perhatian dan partisipasi orang tua. Dalam mendidik anak mencintai Al-Qur’an, kita (orang tua) harus memberikan perhatian khusus pada anak.
2. Lingkungan harus kondusif, lingkungan keluarga dan sekitar bisa memberikan nuansa yang baik dalam upaya mempelajari, menghafal dan memahami Al-Qur’an. Tempat menghafal membutuhkan tempat yang kondusif, tenang, amantidak ada ganguan dari luar.
3. Memperhatikan pergaulan sehari–harinya, kita berusaha menghadirkan lingkungan qur’ani setiap waktu dilingkungan rumah kita.
4. Anak harus dibiasakan membaca Al-Qur’an secara teratur dan istiqomah.
5. Berikan waktu khusus untuk menghafal, contohnya setiap selesai sholat magrib, isya’dan subuh.
6. Berikan target khusus untuk belajar dan menghafal Al-Qur’an, contohnya membaca Al-Qur’an 5 ayat setiap setelah atau sebelum sholat (memiliki jadwal khusus )
7. Membiasakan sebelum mengjerjakan setiap pekerjaan (belajar) diusahakan untuk menghafal Al-Qur’an minimal 1 ayat.
8. Dalam mempelajari Al-Qur’an harus memakai metode yang bervariatiaf,diselingi cerita (bisa cerita tentang isi Al-Qur’an), bermain, atau bisa dengan alat–alat yang mendukung untuk mempelajari Al-Qur’an tersebut (visual/vidio, kaset,dll), dengan begitu anak akan menjadi senang dan mudah mempelajari dan memahami Al-Qur’an.
9. Orang tua ( Ayah dan Ibu ) harus saling bahu membahu dalam menjadikan dan mensukseskan anak dalam mempelajari, Menghafal Al-Qur’an.
10. Orang tua dan guru disekolah harus membangun komunikasi yang efektif, dalam rangka mengembangkan dan memberikan dukungan penuh kepada anak–anak disekolah dan dirumah.
JAngan sampai kita menyesal di kemudian hari. Mari kita mulai belajar, mendekatkan diri dengan Al-Qur'an. Berharap kelak anak-anak kita menjadi ahli surga dan menjadi washilah penyelamat kita. Aamiin.

"Ya Allah karuniakan kepada kami kekuatan untuk mendidik anak-anak kami di jalanMu, dengan cinta, kesabaran, dan kesungguhan".

Selasa, 02 Februari 2010

Bersyukur, Menikmati Hidup

Alkisah, seorang raja dan rombongannya berlayar menuju suatu tempat. Di perjalanan, tiba-tiba seorang budak menangis kencang ketakutan, karena itu kesempatan pertamanya mengarungi samudera luas. Lama kelamaan raja merasa terganggu karena tangisnya tak jua berhenti dan semakin kencang setiap kali menghadapi terjangan ombak laut. Akhirnya raja memerintahkan para pembantunya untuk menghentikan tangis budak itu. Hasilnya nihil, alih-alih berhenti malah semakin kencang.

Dalam kondisi demikian, seorang bijak menawarkan diri untuk menghentikan tangis budak tersebut. Sang bijak berkata, "Wahai Raja, saya sanggup menghentikan tangis budak ini asal saya diberi kebebasan melakukan apapun". Tak berpikir lama, rajapun menyetujui. Akhirnya Sang Bijak menunaikan janjinya. Ia memerintahkan sejumlah orang pengikut raja untuk melemparkan budak tersebut ke laut. Semua penghuni kapal kaget dengan perintah tersebut, namun tak ada yang bisa mencegah karena raja sudah berjanji. Akhirnya budak tersebut dilempar ke laut. Tak ayal tangisnya semakin kencang, ia menjerit ketakutan, meronta2 ke permukaan karena ia tidak bisa berenang.
Beberapa waktu kemudian, saat budak tersebut hampir tenggelam dan lemas, Sang Bijak memerintahkan sejumlah orang untuk mengangkat kembali budak tersebut.
Setelah kembali berada di kapal, budak itu terdiam, lemas, tak berdaya..
=========

Cerita di atas memberi kita pelajaran yang luar biasa. Betapa kita sering berperilaku seperti budak. Sering kali kita lupa uantuk mensyukuri segala yang Allah berikan pad kita sekarang. Kita sering protes ketika Allah uji kita dengan ketakutan, kesedihan, ataupun kekurangan. Padahal ada ujian lain yang lebih berat, lebih membuat kita payah, suatu saat, setelah ujian sekarang terlewati. Bisa jadi setelah kita keluar dari suatu ujian, Allah sudah mempersiapkan ujian yang lebih berat lagi, yang akan membuat kita terdiam, lemas.
Selayaknya kita bersyukur, berterima kasih pada Yang Maha Kuasa atas apa yang ditimpakan pada kita sekarang. Bukan untuk berhenti berusaha, namun agar kita lebih bahagia dan lebih bisa menikmati hidup.

Syukuri apa yang ada,
hidup adalah anugerah..
Begitulan lirik D'massiv mengingatkan kita.

===============

Ya Allah terima kasih atas segala karuniaMu yang begiu indah,
Berikanlah hamba kekuatan dan kesabaran mengarungi segala ujian yang Engkau berikan,
PadaMu hamba bermohon, berpasrah melepaskan segala lelah
PadaMu hamba bergantung, bercerita mengungkap segenap lara
Di atas sajadahMu hamba bersimpuh, bersujud berharap ridlo ampunanMu.
Tuntunlah hamba menuju surgaMu.
Aamiiin..