Minggu, 24 Januari 2010

Berselimut Keraguan

Berkarier di luar rumah telah menjadi pilihanku sejak aku menyelesaikan studiku. Pilihan ini tentu tidak semata2 karena aku punya background akademis, namun dengan pertimbangan aktualisasi diri dan kebermanfaatan. Manusia terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Berdasarkan hadits itu, maka aku pikir aku akan lebih optimal jika mengembangkan diri di luar rumah. Ada konsekwensi yang sebenarnya sangat berat ketika pilihan ini muncul. Pendidikan dan pengasuhan anakku.

Setiap pilihan memang ada konsekwensinya, dan jika pilihan kita memang untuk kemaslahatan , maka pasti ada jalan keluar. Saat-saat awal kepindahanku ke tanah rantau, aku berkarier di sebuah SMP, di dekat rumah. Mengenai anakku, Day Care menjadi salah satu alternatif pilihan, maka tak mengunggu lama, anakku kutitip ke Amaliyah, begitulah nama salah satu Daycare yang cukup terpercaya di lingkungan rumah kami. Dengan kesibukan yang tidak terlalu padat, aku cukup merasa nyaman menjalani amanah tersebut., Semua peranku masih bisa di atur, diharmonisasi, meski cukup berat, karena ditambah amanah lain, buka privat, dan ketergabunganku pada suatu LSM.

===========

Kini saatnya tiba, aku bekerja di tempat yang menurutku paling cocok denganku, dengan latar belakang dan interest ku, Universitas Bangka Belitung (UBB). Melalui proses yang cukup panjang akhirnya aku diterima sebagai tenaga dosen di UBB. Tugasku sekarang ini adalah merancang pendirian fakultas baru, Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan (FKIP) sambil menunggu tugas mengajar pada semester baru, blan maret. Dengan amanah yang demikian maka aku dituntut “all oout”, bekerja dengan jam ngantor 07.30-16.10, ini artinya aku harus berangkat dari rumah 06.30 dan pulang sekitar maghrib, walhasil anakku harus dititip lebih lama. Ya Allah…

Ya Rabbana, dalam kondisi demikian aku berada dalam kegamangan yang sangat. Di satu sisi aku ingin mengaktualisasikan diri, namun pada saat yang sama berbenturan dengan hak asuh anakku, hak ia untuk bersama ibunya, mendapat kasih sayang,perhatian, dan pendidikan yang memadai. Ya Allah, sudah benarkah pilihanku sekarang ini? Haruskah aku meninggalkan anakku seperti ini?

Duhai Yang Maha Agung, ridlo kah Engkau dengan pilihanku?dengan bekerjanya aku seperti ini?

Astaghfirullah..

Harus bagaimanakah aku?

Sejujurnya, dalam masa kerja yang masih dalm hitungan hari, aku ingin cepat memutuskan berhenti, dan mencari tempat lain untuk megaktualisasikan diriku. Namun, bagaimana aku menghadapi tanggapan pihak UBB, orang tua, dam mungkin teman2 kerja??

1 komentar:

  1. Eu, You can do It! :), do your best!

    Eu, yang di atas spam Tuh, delete aja..

    BalasHapus